MENU TUTUP

PBB akan selidiki pembunuhan dalam perang narkoba di Filipina

Jumat, 12 Juli 2019 | 11:51:52 WIB
PBB akan selidiki pembunuhan dalam perang narkoba di Filipina Juru Bicara Presiden Filipina Salvador Panelo (PNA)

Jenewa, wawasanriau - Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (11/7) memutuskan untuk menyelidiki pembunuhan massal di Filipina selama "perang melawan narkoba", yang dilancarkan Presiden Rodrigo Duterte.

Resolusi pertama kalinya yang dicapai menyangkut Filipina itu diusung oleh Islandia dan disahkan melalui pemungutan suara oleh negara-negara anggota Dewan HAM.

Pemungutan suara menghasilkan 18 suara dukungan, 14 menentang, termasuk China, dan 15 abstain, termasuk Jepang.

Selama ini, pemerintah Filipina mengatakan bahwa, sejak Duterte terpilih sebagai presiden pada 2016, polisi dalam program untuk menumpas kejahatan telah menewaskan sekitar 6.600 orang saat adu-tembak dengan para tersangka pengedar narkoba.

Namun, kalangan pembela HAM mengatakan angka korban tewas itu mencapai sedikitnya 27.000 orang.

Para pegiat HAM Filipina mengatakan puluhan ribu orang terbunuh sementara polisi meneror kalangan masyarakat miskin dengan menggunakan "daftar orang di bawah pengawasan" untuk menentukan tersangka pengguna atau pengedar narkoba. Para pegiat menuduh polisi membunuhi orang-orang melalui operasi-operasi terselubung.

Kepolisian Filipina membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa pembunuhan terjadi saat polisi membela diri.

Juru bicara Duterte, Salvador Panelo, mempertanyakan keabsahan resolusi Dewan HAM itu, yang tidak didukung oleh mayoritas anggotanya.

Panelo mengatakan rakyat Filipina mendukung kepemimpinan Duterte yang unik beserta pendekatan yang diambil sang presiden dalam menyelesaikan masalah.

Delegasi Filipina, negara yang juga merupakan salah satu dari 47 anggota Dewan HAM, telah berupaya membendung pengesahan resolusi tersebut.

Resolusi berisi desakan kepada pihak berwenang nasional Filipina untuk mencegah kejadian pembunuhan sewenang-wenang serta untuk bekerja sama dengan Komisioner Tinggi PBB urusan HAM Michelle Bachelet.

Bachelet akan melaporkan hasil penyelidikan pada Juni 2020 soal pembunuhan di Filipina itu.

Di Manila, Presiden Duterte ditanya para wartawan soal apakah ia akan mengizinkan para pejabat HAM PBB mendapat akses untuk menjalankan penyelidikan.

Ia menjawab, "Biarkan mereka menjelaskan tujuan mereka dulu dan saya akan mengkajinya."

Salvador Panelo mengatakan bahwa jika Duterte mengizinkan penyelidikan dijalankan serta investigasi itu dilakukan secara seimbang, "Kami yakin hasilnya hanya akan membuat para penyelidik, demikian juga dengan Islandia dan 17 negara lainnya, kehilangan muka.

Sumber : antaranews

Berita Terkait

Korban Sebut Helikopter Jatuh Saat Akan Mendarat Darurat

KSAD Ingatkan Prajurit TNI Senjata untuk Melindungi Bukan Menembak Rakyat

Banjir Bandang Sentani Telan 42 Korban Jiwa

Begini Pengawalan Setya Novanto saat Berhasil Pelesiran ke Toko Bangunan

Civitas Akademika UGM Kirim Pesan Damai Pascaaksi Ricuh 22 Mei

TULIS KOMENTAR
TERPOPULER +
1

HUT ke-30 SMAN 11 Pekanbaru Momentum Tingkatkan Prestasi Akademik dan Olahraga

2

Agus Rama Bacakan Puisi “Efisiensi yang Membutakan” Pada Lomba Puisi JMSI Riau

3

Kasus DBD Alami Peningkatan Di Puskesmas Bagansipiapi

4

SDN 020 Pangkalan Baru Seperti Kandang Ayam

5

Komisi II DPRD Kampar Terima Aspirasi FKDT: Guru MDTA Minta Kesejahteraan

6

Bobroknya Pelayanan RSUD Bangkinang, DPRD Kampar Akan Panggil Pihak Terkait

7

PMI Riau Gelar Musyawarah Kerja Tahun 2025, Beri Penghargaan kepada 20 Pendonor

8

Nelson Manalu Kembali Dipercaya Memimpin Partai Hanura Siak Periode 2025 - 2030

9

Pimpin DPD Hanura Riau 5 Tahun ke Depan, H Darnil Siapkan Strategi Khusus Besarkan Partai

10

Bandara Internasional SSK II Salurkan Bantuan Kacamata Baca untuk Siswa