MENU TUTUP

Ini Siswa Sekolah Tanpa Alas Kaki dan Seragam

Senin, 01 April 2019 | 14:15:17 WIB
Ini Siswa Sekolah Tanpa Alas Kaki dan Seragam

MAMUJU - Puluhan siswa sekolah dasar (SD) Negeri Samak yang menjadi korban banjir bandang di Kelurahan Bebanga, Mamuju, Sulawesi Barat, berdesak-desakan saat mengikuti proses belajar di tenda darurat yang terbuat dari terpal plastik, Senin (1/4/2019).

Saat hujan turun, aktivitas belajar kerap dibubarkan dan para siswa dipulangkan gurunya lebih awal karena kondisi sekolah darurat tersebut tak bisa digunakan belajar saat hujan.

Kondisi sekolah darurat yang di bangun warga secara swadaya ini berdiri di lingkungan pengungsian. Kondisinya sangat memperihatinkan. Guru dan siswa di sekolah darurat ini belajar dalam kondisi seadanya.

Baca juga: Gunung Retak, Ratusan Warga Mamuju BerJalan Kaki 3 Km untuk Mengungsi

Pendirian tenda dilakukan demi mengejar ketertinggalan mata pelajar sejak ditimpa bencana banjir bandang awal Maret lalu.

Di sekolah darurat ini puluhan siswa mulai dari kelas satu sampai kelas enam belajar berdesa-desakan di bawah satu tenda yang didirikan warga secara swadaya.

Dua guru berstatus honorer setiap hari berusaha membimbing para siswa yang ikut mengungsi bersama orangtuanya.

“Tempatnya panas, banyak yang mengganggu jadi tidak bisa serius belajar,” ujar salah satu siswa, Fian.

Para siswa mengaku belum bisa berkonsentrasi belajar di sekolah darurat ini untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran.

Tidak adanya dinding ruangan yang jadi pembatas kelas membuat konsentrasi belajar para siswa kerap terpecah dengan aktivitas warga yang lalu lalang di sekitar sekolah darurat.

Meski sudah lama belajar dalam kondisi seperti itu, hingga kini belum mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan dan Olahraga atau pemerintah setempat.

Warga menilai seharusnya pemerintah turun tangan mencari solusi yang dihadapi warga pengungsi. Minimal, mencarikan tempat belajar yang lebih laik, agar anak sekolah yang ikut terdampak bencana ini mendapat pendidikan yang laik. 

Seorang guru honorer, Suhardi mengatakan, sekolah darurat yang menampung enam kelas ini kondisnya sangat memprihatinkan. 

“Kalau hujan biasa aktivitas belajar bubar atau dipulangkan karena tidak bisa belajar di bawah tenda saat hujan,” jelas Suhardi.

Suhardi menyebutkan, selain kekurangan terpal untuk menutupi dinding ruang kelas, saat ini para siswa juga kekurangan buku pelajaran. Buku pelajaran digunakan secara bergantian.

Siswa juga kekurangan seragam sekolah karena hanyut terbawa banjir.

Para siswa datang ke sekolah darurat ini hanya memakai baju biasa. Sebagian siswa memakai sepatu, tapi ada juga yang menggunakan sendal. Beberapa siswa bahkan datang ke sekolah tanpa alas kaki.

Para guru berharap agar ada bantuan seragam sekolah, buku tulis, serta buku bacaan dan, serta temat belajar yang lebih laik.


Sumber : kompas.com

Berita Terkait

Kenapa bendera kematian menggunakan warna kuning? Ini jawabannya

BNN akan Sulap Ladang Ganja Aceh Jadi Agrowisata dan Agrobisnis

Ditjen PAS Minta Keluarga Bujuk Kembali 13 Napi yang Kabur dari Lapas Abepura

LP Polewali Mandar Rusuh karena Syarat Baca Alquran, Kalapas Ditarik

Rencana Jokowi GAJI Pengangguran Masuk RPJMN

TULIS KOMENTAR
TERPOPULER +
1

HUT ke-30 SMAN 11 Pekanbaru Momentum Tingkatkan Prestasi Akademik dan Olahraga

2

Agus Rama Bacakan Puisi “Efisiensi yang Membutakan” Pada Lomba Puisi JMSI Riau

3

Kasus DBD Alami Peningkatan Di Puskesmas Bagansipiapi

4

SDN 020 Pangkalan Baru Seperti Kandang Ayam

5

Komisi II DPRD Kampar Terima Aspirasi FKDT: Guru MDTA Minta Kesejahteraan

6

Bobroknya Pelayanan RSUD Bangkinang, DPRD Kampar Akan Panggil Pihak Terkait

7

PMI Riau Gelar Musyawarah Kerja Tahun 2025, Beri Penghargaan kepada 20 Pendonor

8

Nelson Manalu Kembali Dipercaya Memimpin Partai Hanura Siak Periode 2025 - 2030

9

Pimpin DPD Hanura Riau 5 Tahun ke Depan, H Darnil Siapkan Strategi Khusus Besarkan Partai

10

Bandara Internasional SSK II Salurkan Bantuan Kacamata Baca untuk Siswa