Sosbud

Di Rohil, Anak Derita Gizi Buruk, Program KB Jadi Kambing Hitam

Tampak orang tua dan anak gizi buruk di ruang RSUD dr Pratomo Bagansiapiapi.

BAGANSIAPIAPI,Wawasanriau.com -Salah satu bukti kegagalan Program Keluarga Berencana (KB) di Rokan Hilir ditemukannya kasus gizi buruk dua kakak beradik di Teluk Pulai, Kecamatan Pasir Limau Kapas. Ternyata orang tuanya tidak KB dan memiliki delapan anak.

Hasil analisis dan bincang-bincang wartawan dengan orang tua penderita gizi buruk, Misna dan Atan Luncung, Selasa (20/10/15) di Ruang Framboyan RSUD RM Pratomo Bagansiapiapi, ternyata mereka baru 4 tahun terakhir ber KB.

Dan anak mereka, Laila (9) dan Lasmini (5) menderita gizi buruk, diklaimnya mendapatkan makanan yang cukup, dimana setiap masak nasi, sebanyak 1,5 kg dan berarti dibutuhkan beras 3 kg sehari, sebulan butuh beras 90 kg.

Biaya itu, kalau dikalkulasikan, dengan harga beras Rp10 ribu/kg, dibutuhkan uang Rp900 ribu untuk pembeli beras sebulan, belum lagi lauk pauknya.

Lalu berapakah penghasilan mereka, ternyata sang suami Atan Lancung, bekerja melaut memakan upah dengan penghasilan sekira Rp500 ribu sebulan, dan sang istri Misna, kerja harian pada salah satu perusahaan dengan penghasilan hanya Rp300 ribu sebulan, berarti ditotal baru Rp800 ribu, tidak mencukupi untuk membeli beras.

Dengan malu-malu, Misna mengaku sebelumnya tidak tahu ber-KB, dan baru menjalaninya 4 tahun belakangan, sehingga anak mereka sudah mencapai delapan orang, dengan si bungsu berumur 5 tahun, berarti, sejak ber-KB, mereka tidak menambah anak lagi.

Makan tidak mencukupi, lalu bagaimana pula dengan pendidikan anaknya, ternyata Laila dan Lasmini tidak sekolah, di samping kendala ekonomi, jarak tempuh tempat tinggal mereka kesekolah memerlukan waktu 2 jam. "Kalau mau berangkat sekolah, harus berangkat jam 6, baru sampai jam 8 disekolah, ya mereka ini, tidak sekolah," katanya polos.

Dari delapan anaknya, ternyata anak kelima meninggal dunia, dia tidak menceritakan apa penyebabnya, namun dari anak yang ada, masih ada yang memiliki keinginan kuat untuk sekolah, diantaranya anak ke-3, ke-4 dan ke-6.

Sang ayah, Atan Lancung berharap, agar Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil memberinya bantuan alat tangkap bersama kapal motor, agar bisa menghidupi keluarga, karena selama ini dia hanya makan gaji dengan penghasilan pas-pasan.

Disamping itu, mereka sampai saat ini tidak berladang, sehingga untuk kebutuhan beras, harus membeli. Kebutuhan lauk pauk, juga ala kadarnya, kadang sang suami membawa dari laut, kadang mengambil disekitar rumah, apa adanya.

Kegagalan KB ini juga berimbas kepada pola asuh anak, disaat kedua orang tua mereka bekerja, laila dan Lasmini dijaga sang kakak, yang kebetulan sudah berumur 20 tahun.(rtc/mi)
 


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar