Nasional

Teroris Christchurch Terinspirasi Pembantaian oleh Anders Breivik

WAWASANRIAU.COM - Penembakan Masjid di Christchurch, Selandia Baru Petugas Ambulans membawa korban penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

Brenton Tarrant, teroris yang menyerang masjid di Christchurch, mengaku terinspirasi dari beberapa serangan Islamophobia. Salah satunya adalah pembantaian yang dilakukan Anders Breivik di Norwegia pada 2011.

Pengakuan Brenton dimuat dalam manifestonya setebal 73 halaman. Dokumen yang sempat beredar di media sosial itu diberi nama The Great Replacement (Pergantian Besar).

"Saya hanya terinspirasi dari Knight Justiciar Breivik," tulis Tarrant. Knight Justiciar adalah gelar kehormatan untuk Breivik dari para pengagumnya yang merujuk ke tingkatan kesatria Perang Salib.

Breivik adalah orang meledakkan bom mobil dekat gedung pemerintah di Oslo, Norwegia, yang menewaskan delapan orang pada Juli 2011. Dia kemudian melakukan penembakan massal yang membunuh 69 orang lagi, yang mayoritasnya remaja, di sebuah perkemahan musim panas oleh Liga Pemuda Buruh di Pulau Utoya.

Pengadilan Norwegia telah menghukum Breivik 21 tahun penjara. Saat ini, Breivik juga tengah diadili oleh Pengadilan HAM Eropa.

Dalam manifestonya, Brenton juga mencatut nama tokoh-tokoh Islamophobik lainya. Satu di antaranya adalah Darren Osborne, dalang serangan di Finsbury Park, London, Inggris, pada 2017.

Ketika beraksi Darren menabrakan mobilnya ke kerumunan orang yang baru pulang salat Tarawih. Dia juga keluar dari mobil untuk membunuh orang yang ada di dekat lokasi penyerangan. Pengadilan Inggris menyatakan Darren bersalah dan menghukumnya penjara seumur hidup.

Selain terinspirasi dari Breivik, Brenton tampaknya juga terinspirasi dari tulisan penulis Prancis, Renaud Camus. Pasalnya nama manifestonya sama dengan karya Camus yang berjudul Le Grand Pemplacement. Tulisan itu berisi teori konspirasi mengenai pemusnahan ras kulit putih di Eropa yang digantikan kelompok imigran Arab dan Afrika.

Brenton juga menyinggung politikus sayap kanan Prancis, Marine Le Pen dalam manifestonya. Aksi terorismenya juga dikatakan sebagai respons kekalahan Le Pen dalam Pemilu Prancis pada 2017.

Aksinya, ditulis Brenton, juga dianggap bentuk balas dendam akibat tewasnya Ebba Åkerlund, bocah 11 tahun korban terorisme dengan menabrakkan truk ke massa pada 2017 di Stockholm.

 

Sumber : kumparan


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar