Mendikbud: Guru dan Orangtua Harus Aktif Cegah Penyebaran Paham Radikal

Ahad, 17 Januari 2016

fhoto detik.com

Jakarta - Paham radikalisme dan terorisme yang saat ini tengah mewabah menimbulkan kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Banyaknya kaum intelektual yang terjerat membuat dunia pendidikan Indonesia berbenah diri dengan menciptakan cara untuk mengantisipasinya

"Kita kemarin membuat peraturan menteri nomor 23/2015 yang di dalamnya adalah mengharuskan sekolah untuk berinteraksi aktif dengan orang tua. Bukan ketua komite sekolah, tapi wali kelas dengan orang tua tujuannya untuk bisa mengetahui dini bila ada gejala-gejala penyimpangan," ujar Mendikbud Anies Baswedan kepada wartawan usai pelantikan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia di gedung Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Penyimpangan yang dimaksudkan Anies ada 4. Yakni kekerasan, narkoba, pornografi dan ideologi atau pandangan ekstrim.

"Biasanya gejala-gejalanya itu ada hanya orang tua ataupun sekolah menganggap itu sebagai persoalan kecil. Itu sudah dibuat mulai Mei kemarin, jadi kita berharap dari situ bisa mendeteksi bila ada pikiran-pikiran yang menyimpang," jelasnya.

"Tapi harus diperhatikan pikiran menyimpang, itu berbeda dengan melakukan terorisme, jadi kalau anda punya ideologi berbeda, sekolah bisa mendeteksi pada fase itu. Tapi kalau sampai pada kekerasan dan lain-lain, itu jadi persoalan keamanan bukan pendidikan," jelas Anies menambahkan.

Anies mengatakan memang tak ada kurikulum yang mengatur tentang 4 hal ini. "Tapi kita memang mengatur ideologi, ideologinya Pancasila," sambungnya.

Anies juga menjelaskan bahwa tak semua penyimpangan diartikan sebagai penyimpangan ideologi. Untuk memberantas hal tersebut, Anies mengatakan, harus dimulai dari hulunya.

"Jangan sampai satu perilaku disimpulkan. Anak pendiem itu ada jutaan, bisa nggak kita simpulkan anak pendiem melakukan kekerasan? Enggak. Jadi faktornya bukan di situ. Justru yang harus kita lihat lebih jauh adalah hulunya. Karena kalau kita jagain 57 juta anak indonesia, hulunya itu dihabiskan yang melakukan kekerasan, dengan begitu 57 juta anak bisa aman," kata dia.

Menurutnya dunia pendidikan tak hanya fokus pada persoalan teror saja, namun banyak hal. Solusi tepat memang dengan melakukan deteksi dini dan membuat panduan untuk pihak sekolah dan orang tua adalah hal tepat untuk disampaikan kepada anak-anak.

"Jadi, saat semua orang membicarakan terorisnya, kita membicarakan orang-orang yang memerangi terornya dengan anak-anak. Kita membicarakan polisi yang beraninya atas nama bangsa memilih berlaga dan berisiko nyawa," tutup Anies.

sumber : detik.com