Pelepas Hati Suram, Mancing Patin di Kolam

Ahad, 03 Mei 2020

BAGANSIAPIAPI, wawasanriau.com -  Menyelusuri Jalan selebar 1,5 meter ke arah barat yang penuh setengah rusak. Kadang terjerembab dalam lubang kerikil rusak. Kenderaan sudah usang namun masih bertahan hingga usia 13 tahun. Menjelajahi Jalan Tei Chong Bagansiapiapi, Sabtu (02/05/2020). 

"Sekejab lagi sampai lokasi,"ujar Agung.

Lima belas menit setelah itu, ada pintu besi disebelah kiri. Kenderaan masuk menjelajahi parkiran dibawah pohon jambu.   Didepan ada kilang untuk mengolah padi menjadi beras. Masih terdengar bunyi mesin seperti mesin kepompong laut.

"Kita lewat sini,"tuntun Agung.

Jalan setapak sebelah rumah tak berpenghuni aku ikuti. Pintu gerbang daun kelapa aku lewati dengan menundukkan kepala. Jalan setapak meskinpun sudah di semenisasi namun masih ada juga yang terseleok pecah. Satu demi satu langkah kaki menapaki jalan setapak menuju ke arah selatan.

Tampak kiri dan kanan kolam penuh air keruh. Ada juga satu dua kolam dilapisi dengan jaring hitam. Kakiku berjalan terus menyelusuri jalan setapak. Kadang berkelok ke kiri mengikuti jalan pinggir kolam. Kadang ke kanan memilih jalan yang Sebahagian telah tumbuh rumput. Meskinpun kaki sudah tak normal melangkah karena asam urat kambuh. Namun kelokasi perlahan-lahan menuju sasaran.

Di ujung jalan sudah tampak lelaki bertopi duduk di pinggir kolam. Joran pancing dipegangnya menunggu pelampung kail bergerak. Akupun duduk memperhatikan tali pancing itu.

"Nah ini dia,"suaranya lelaki bertopi itu bergetar sambil mengangkat kail keatas udara. 

Bersamaan itu ikan menggelepar di ujung nilon mata kail. Seekor patin bergerak ingin melepaskan diri dari jeratan kail. Namun mulut patin sudah tertancap mata kail joran pria bertopi itu.

"Ada bawa pancing? Ini umpannya pelet,"tuturnya.

Aku hanya berdiam sejenak. Kemudian menuju dekat pohon  kelapa dibawah pohon jambu. Aku duduk berseleseh dilantai tanah keras dipinggir kolam. Sekitar sepuluh meter dari pria bertopi itu. Masih terdengar sayup-sayup mesin kilang padi. Beriringan dengan suara mesin  ekskavator membajak tanah.

Diam-diam aku buka isi tas ranselku. Joran pancing pinjam milik tetangga aku keluarkan. Aku pasang kail di ujung nilon dan kuremas-remas pelet melaburi mata kail. Lalu aku lemparkan kail ke dalam kolam. Kulihat pelampung dari busa bekas itu bergerak. Aku sentak  kemudian aku naikkan joran keatas.

"Ah pecah telor,"ujar aku gembira.

Ikan patin warna kelabu kemudian aku masukkan kedalam tas kresek merah. Sekitar jam 16.00 wib kulihat kresek sudah hampir penuh. Umpanpun habis tak bersisa.

"Bawa saja pulang semua,"ujar Rusli Syarief, pria bertopi itu, yang adalah kepala dinas pertanian dan ketahanan pangan kabupaten Rohil. (gun)