Siswa Batam Mulai Mengenal Seks Bebas di Usia 10-12 Tahun

Rabu, 21 Oktober 2015

ilustrasi

BATAM, Wawasanriau.com - Pergaulan bebas di kalangan remaja di Batam, Kepulauan Riau, ternyata bukan isapan jempol belaka. Dari data yang diperoleh dan fakta di lapangan fenomena seks bebas di kalangan remaja atau pelajar di Batam sudah sangat gamblang.

Baru-baru ini bahkan secara mengejutkan seorang remaja 11 tahun, yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) di Batam, kedapatan kabur bersama seorang remaja pria berusia 16 tahun.

Yang paling tak masuk akal, setelah sempat selama dua hari dicari-cari pihak keluarga dan aparat kepolisian, di seluruh penjuru Batam, keduanya justru didapati tengah berduaan di sebuah kamar kos di daerah Tanjunguncang.

Pihak keluarga sempat khawatir bocah perempuan berinisial SAF itu menjadi korban kejahatan. Celakanya, ternyata SAF dan Dr alias DI, telah berbuat layaknya suami istri.

Menurut pihak kepolisian, keduanya mengaku melakukan aktivitas asusila di kamar kos tersebut. SAF menceritakan mengenal DI dari jejaring sosial Facebook. Selama sebulan mereka intens ngobrol.

Setelah dekat, sebulan kemudian mereka janjian bertemu. Rencana itu diatur. SAF kemudian kabur bersama DI 5 Oktober 2015 lalu.

SAF saat itu baru pulang mengaji. Ia tak kembali ke rumah. DI menjemput dan membawanya ke sebuah tempat di Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Di sana perbuatan maksiat tak bisa mereka hindari. Tak ketahui entah berapa kali perbuatan asusila mereka lakukan.

Kasus semacam SAF dan DI ini ternyata sudah tak asing lagi di kalangan remaja di Batam. Sudah menjadi fenomena. Bahkan sejumlah remaja di Batam diduga telah melepaskan keperawanan di usia dini.

Kepada wartawan, seorang bocah remaja perempuan yang masih berusia sekitar 16 tahun blak-blakan membuka aktivitas seks bebas di kalangan remaja di Batam.

Secara gamblang remaja yang juga pelajar itu, sebut saja Gabi, 16 tahun, memperkirakan sudah lebih dari separuh remaja dan pelajar di Batam sudah tak perawan lagi.

“Rata-rata di Batam 98% yang nggak perawan 2% yang perawan itu pun yang pw (perawan) masih anak-anak baru lahir,” ujar Gabi dengan satir. Boleh saja Gabi hanya melihat fenomena yang terjadi di lingkungannya. Dengan cara itu ia menggambarkan kondisi seks bebas di kalangan pelajar tersebut.

Meskipun data yang diberikan Gabi baru sekadar asumsi, namun sejumlah data pendukung ternyata selaras dengan apa yang ia sebut tersebut. Penelusuran wartawan, di lembaga perkawinan, juga ditemukan data hampir serupa. Bahkan dari data Komnas Perlindungan Anak juga menemukan sekitar 61 persen remaja di Indonesia sudah tak perawan lagi.

Gabi melanjutkan ceritanya, ternyata tak main-main. Ia tak saja mendengar bahkan mendapat cerita dan melihat sendiri kenyataan tersebut. “Masa nggak percaya sih, semua kota pun tau Batam itu kayak apa. Anak yang keluar dari pesantren aja jadi lepet, apalagi yang lain, owhhh,” ujar remaja yang mengaku masih duduk di kelas 1 setingkat SMA tersebut.

Menurut Gabi, tak jarang diantara mereka yang hamil di usia remaja, dan beberapa diantaranya terpaksa dinikahkan. “Ada juga sih yang hamil, tapi udah pada nikah,” ujar dia.

Gabi menambahkan, rata-rata teman-temannya yang kehilangan keperawanan di usia 10 tahun hingga 12 tahun ke atas. “Tapi banyak 12 tahun ke atas lah,” cetusnya. Artinya para remaja tersebut masih duduk di bangku SMP.

“Teman aku banyak yang kek gitu, ngeliat pun udah pernah,” ujar Gabi.(bnc/red)