Lancang Kuning

Riau Ekspor 4 Ton Kerang Darah ke Thailand Hasil Budidaya Nelayan Panipahan

Wagub Riau Edy Natar Nasution dan Kepala Pusat Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Ikan, Reza Priyatna memecahkan kendi sebagai tanda dimulai kegaiatan ekspor kerang darah Rohil ke Thailand.

Pekanbaru, wawasanriau - Sebanyak 4 ton kerang darah (Anadara granosa) mulai diekspor ke Thailand setiap hari. Kerang darah tersebut merupakan hasil budidaya nelayan Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau dengan potensi ekonomi mencapai Rp5,5 miliar setiap bulannya.

Kegiatan ekspor kerang darah ke Thailand tersebut akan dilakukan oleh dua perusahaan yakni CV Jasa Laut dan Cheraa King Seafood.

Launching ekspor kerang darah tersebut dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pekanbaru, Senin (1/7/2019) bersamaan dengan acara penyerahan bantuan ikan baku, serta benih ikan restoking.

Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution berharap ekspor kerang menjadi memontum bagi Riau sebagai penghasil dan eksportir komoditas ikan.

Ia mengatakan potensi ikan di laut Riau, khususnya di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir masih cukup besar. Namun besarnya potensi tersebut belum tergali secara maksimal.

"Potensi ikan di Bagansiapiapi masih cukup besar walaupun tidak masuk lagi daerah penghasil ikan terbesar di dunia seperti pada era 1980-an," kata Edy Natar.

Edy menyampaikan, sejarah dunia mencatat bahwa Bagansiapiapi pernah dijuluki penghasil ikan terbesar di dunia setelah Norwegia, namun saat ini potensi tersebut tidak seperti dulu lagi meski masih ada.

Saat ini, lanjut Wagub, jika ditaksir secara ringkas potensi uang yang beredar dari sektor perikanan tangkap mencapai miliaran rupiah per hari.

"Asumsi satu hari, kalau satu unit kapal ekspor yang ke Malaysia membawa 200 peti, dikalikan saja dengan harga ikan Rp100 ribu perkilogramnya, maka dengan jumlah peti sebanyak itu terdapat transaksi sekitar Rp1,6 miliar," ujarnya.

Perhitungan itu menurutnya baru untuk kegiatan ekspor ikan di wilayah Penipahan dan Pasir Limau Kapas, dan belum dihitung dengan perikanan di Pulau Halang, Sinaboi Kubu dan Bangko.

"Kalau digabung tentu potensi transaksi atau peredaran uang dari aktivitas perikanan tangkap itu bisa jauh lebih besar," ujarnya.

Sumber : cakaplah.com


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar