Nasional

Korban Topan di Mozambik Dipaksa Jual Diri Demi Makanan

Poto ilustrasi

(wawasanriau) - Lembaga Pemantau HAM atau Human Rights Watch (HRW) mendesak pemerintah Mozambik untuk menyelidiki dan mengusut pelaku yang diduga melakukan eksploitasi seksual terhadap perempuan yang menjadi korban topan Idai demi mendapatkan makanan dan bantuan.

Kecepatan topan Idai, yang menerjang negara itu pada 14 Maret lalu, menumbangkan jaringan listrik dan pepohonan, meratakan banyak rumah dan fasilitas usaha. Berdasarkan data PBB, lebih dari 1 juta warga Mozambik tengah berjuang untuk bangkit kembali di tengah badai.

HRW, mengutip para korban, penduduk dan pekerja bantuan, menyampaikan bahwa para pemimpin komunitas, sebagian berkaitan dengan penguasa dari Partai Frelimo, memaksa para perempuan berhubungan badan yang kemudian ditukar dengan sekantong beras atau meminta uang agar nama mereka dimasukkan dalam daftar distribusi bantuan.

"Eksploitasi seksual terhadap para perempuan yang tengah berjuang memberi makan keluarga mereka setelah bencana topan Idai sangat menjijikkan dan kejam dan harus dihentikan secepatnya," tegas Direktur HRW Afrika Selatan, Dewa Mavhinga, dilansir dari Aljazeera.

"Bantuan darurat harus diberikan dengan bebas kepada semua warga yang membutuhkan, dan pemerintah bersama dengan penyedia bantuan harus menjamin distribusi bantuan jangan pernah dimanfaatkan sebagai sebuah kesempatan untuk melakukan pelecehan," lanjutnya.

Badan-badan kemanusiaan berlomba-lomba memberi bantuan makanan, pakaian, mengakomodasi dan menyediakan layanan kesehatan bagi para korban badai.

Setelah bencana melanda, PBB meminta sumbangan USD 282 juta untuk mendanai bantuan darurat selama tiga bulan. Dewan IMF menyetujui pinjaman tanpa bunga, USD 118,2 juta untuk upaya pemulihan di Mozambik pekan lalu. Sementara itu, Program Pangan Dunia PBB mengatakan, bantuan makanan telah disalurkan kepada sekitar 1 juta orang.

Sementara itu, salah satu pemimpin komunitas di Tica, Distrik Nhamatanda, menyampaikan kepada HRW dalam beberapa kasus dimana akses jalur darat tak memungkinkan, pemimpin lokal masyarakat bertanggung jawab untuk menyimpan makanan dan mendistribusikannya ke semua keluarga tiap sepekan.

Dia mengatakan, dengan alasan makanan tidak cukup untuk semua orang, beberapa pemimpin setempat memanfaatkan situasi dengan mewajibkan setiap orang untuk memasukkan nama mereka dalam daftar distribusi. Seorang pekerja bantuan mengatakan, seringkali daftar itu mengecualikan rumah tangga yang dikepalai perempuan.

"Di beberapa desa, sejumlah perempuan dan anak-anaknya belum mendapat makanan apapun dalam beberapa pekan. Mereka akan melakukan apapun demi makanan, termasuk tidur dengan pria yang bertanggung jawab dalam distribusi makanan," terangnya kepada HRW.

Salah seorang pekerja badan bantuan menyampaikan, kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di kamp-kamp pengungsi internal juga diterima oleh sebuah organisasi internasional. Tiga perempuan di Kota Mbimbir, Distrik Nhamatanda, dipaksa berhubungan badan oleh pejabat setempat yang kemudian ditukar dengan makanan.
Mbimbir adalah kota dimana bantuan kemanusiaan belum tiba sampai 5 April lalu karena banjir, yang menyebabkan wilayah itu tak bisa diakses melalui jalur darat.

"Ketia dia datang, dia meletakkan kantong di lantai, dan menyentuh 'burung'nya dan mengatakan kepada saya sekarang giliran saya untuk berterima kasih padanya. Saya kemudian mengatakan kepada anak-anak saya agar pergi ke rumah temannya. Ketika anak-anak saya pergi, saya tidur dengan pria itu," cerita salah seorang perempuan tersebut kepada HRW.

Salah seorang perempuan lainnya bercerita ditawarkan bantuan oleh pemimpin lokal. "Dia mengatakan dia bisa membantu saya jika saya bersikap baik padanya. Kami sepakat untuk bertemu pada suatu waktu dan melakukan hal itu (berhubungan badan)," tuturnya.

Perempuan yang berasal dari rumah tangga beranggotakan 17 anggota keluarga besar itu mengungkapkan, dirinya hanya diberikan sekilo kacang-kacangan sebagai imbalan. Ketika dia memprotes, pemimpin komunitas itu menjanjikan akan memberikan lebih banyak di hari lain. Namun sejauh ini tidak ada penangkapan atau tindakan terhadap para tertuduh.

Belum lama ini, tiga orang ditangkap atas dugaan mengalihkan setidaknya 19 karung beras, 19 karung tepung, 11 karung kedelai dan 100 kilogram biji-bijian sebagai bantuan. Topan Idai, yang memotong jalur mematikan melalui Malawi, Mozambik dan Zimbabwe bulan lalu, menyebabkan lebih dari 2 juta orang terdampak dan sekitar 1,85 juta warga terdampak di Mozambik. Bank Dunia memperkirakan kerusakan akibat topan ini mencapai lebih dari USD 2 miliar.

Sumber : Republika


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar