Life Style

6 Tips 'Legowo' Saat Jagoanmu Kalah Pemilu

Jakarta - Setiap orang punya pilihannya tersendiri, mulai dari urusan jodoh sampai urusan calon presiden atau anggota legislatif dukungannya tersendiri. Begitu ini tidak sesuai dengan harapan, maka wajar saja jika kamu diliputi rasa emosi dan kecemasan.

Seperti misalnya yang dialami oleh Robert L. Leahy, Ph.D., penulis dari 'The Jealousy Cure, Anxiety Free, The Worry Cure, and Beat the Blues'. Dia merupakan profesor psikologi klinis di Weill-Cornell Medical School. Pada pemilihan presiden di Amerika Serikat silam, ia adalah pendukung Hillary Clinton yang saat itu bersaing dengan Donald Trump.

"Seperti kebanyakan orang aku terkejut dan terganggu dengan hasil dari pemilihan," katanya, dikutip dari Psychology Today.

"Aku terbangun keesokan paginya dengan rasa tidak percaya, sedih, marah dan kecemasan dan aku sadar aku seperti kebanyakan orang -- secara obsesif menonton da membaca berita, merenung dan mengeluh. Dan kemudian aku berpikir, 'Mungkin aku harus menggunakan beberapa terapi kognitif pada diriku sendiri'."

1. Pahami emosi pada konteks

Proses pemilu kerap dipenuhi dengan kemarahan, kecemasan, penghinaan dan penghinaan. Banyak di antara kita yang merasa emosional, dan emosi kita bahkan lebih hebat karena hasilnya tidak terduga.

"Kombinasi dari emosi dan kejutan yang kuat ini dapat menyebabkan kita terbawa oleh pikiran dan perasaan yang mungkin kuat untuk saat ini, tetapi dapat menghilang seiring waktu. Perasaan kita berubah," tulisnya.

Tanyakan kepada diri sendiri, 'apakah perasaanku pernah berubah setelah mengalami kekecewaan yang lain?'. Yakin, jawabannya pastinya tentu saja iya.

2. Identifikasi pikiran negatifmu

"Ini termasuk ramalan (ekonomi akan runtuh), pemikiran bencana (akan ada perang nuklir), pelabelan (dia idiot), mengabaikan hal positif (tidak ada yang akan dia lakukan akan berguna), dan pemikiran dikotomi (tidak ada tentang kelompoknya yang baik). Seperti pemikiran negatif yang kuat, tampaknya benar-benar dapat dipercaya dan sedikit menakutkan. Tetapi satu kemungkinan adalah bahwa prediksi dan kepercayaan kita mungkin terbukti tidak akurat," lanjutnya.

3. Kita mengabaikan peranan penting selain presiden atau anggota legislatif

Terkadang kita dapat menaksir terlalu tinggi pentingnya posisi presiden. Padahal ada beberapa hal posisi penting lainnya yang juga berpengaruh dan dibutuhkan dalam keseharian. Lagipula menjadi presiden bukan berarti semua keputusan diambil sendiri.

4. Tanyakan dirimu sendiri

Tanyakan pada diri sendiri bagaimana kehidupan sehari-harimu akan berubah. Bagi kebanyakan dari kita mungkin akan ada sedikit perubahan sih dan pahami apa saja perubahan tersebut.

"Aku tahu bahwa aku akan berjalan untuk bekerja setiap hari, bertemu teman dan keluarga, bekerja dengan pasien, dan menjalani hidupku. Jadi pertimbangkan apa yang masih bisa kamu lakukan bahkan jika kandidat kamu tidak terpilih."

5. Pahami 'affect forecasting'

Psikolog menggambarkan proses yang disebut 'pengaruh perkiraan', yang merujuk pada cara-cara di mana kita memprediksi emosi masa depan. Kita mungkin saat ini terpaku pada emosi kegelisahan dan kemarahan yang sedang kita alami sekarang - dan meramalkan bahwa inilah yang akan kita rasakan di masa depan.

"Kita mungkin mengabaikan faktor mitigasi lain yang mungkin membantu kita merasa lebih baik dan kita mungkin mengabaikan bahwa apa yang terjadi semalam mungkin tampak kurang penting bagi kita dalam beberapa minggu atau bulan," lanjutnya.

6. Coba ambil sisi positif lawan yang terpilih

"Jika kita menggambarkan orang yang tidak setuju dengan kita sebagai orang fanatik, orang yang penuh kebencian, orang idiot atau label lain, kita kehilangan pandangan bahwa ada banyak alasan mengapa orang memilih apa yang mereka pilih," tutur Leahly.

Seperti banyak orang, ia pun punya banyak keluarga dan teman yang tidak setuju dengan pemikirannya. Akan tetapi ia masih menghargai mereka dan menghormati mereka. Coba pahami apa yang menjadi keunggulan kandidat lain mengapa ia bisa unggul. (detikcom) 


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar