Sosbud

Rendi Gunawan: Cheng Beng, Upacara Tradisi Memanjat Do'a Kedamaian

Ketua Yayasan Multi Marga Tionghoa Bagansiapiapi, Rendi Gunawan alias Kopeng

SEMBAHYANG Kubur merupakan tradisi tionghoa yang dikenal dengan sebutan Ceng Beng, dimulai pada tanggal 27 Maret sampai 5 April. 

Ceng Beng merupakan hari besar untuk melakukan sembahayang kepada keluarga yang sudah meninggal, ini dilakukan oleh semua anggota keluarga. 

Ketua Yayasan Multi Marga Tionghoa Indonesia Rokan Hilir Rendy Gunawan, mengatakan upacara tradisi sembanyang kubur ini merupakan cara memanjatkan doa agar orang tua atau saudara yang sudah meninggal mendapat kedamaian dialam baka (alam kubur).

Disamping itu, sebagai anak-anaknya berkewajiban memberikan keperluan kehidupan dialam yang berbeda tersebut. 

Semua anak atau menantu masing-masing wajib membawa sesajian membakar uang kertas di dikuburan umum serta tempat kubur lainnya. 

"Ini juga sebagai doa dengan harapan agar anak cucu yang ditinggalkan bisa hidup damai, bahagia murah rezeki, "kata tokoh masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi ini yang akrap disapa Pak Kopeng.

Prosesinya, menjelang Cheng Beng atau sembahyang kubur, masyarakat Tionghoa biasanya mendatangi makam keluarga mereka untuk dibersihkan terlebih dahulu.

"Karena sesuai arti, Cheng Beng adalah bersih dan terang. "kata dia. 

Setelah makam bersih, mereka melakukan tradisi ”Tee Coa” dengan ”Ko-Coa,” yaitu melempar kertas emas atau perak (Gin Cua/Kim Cua) untuk menandai makam keluarga mereka.

Saat ini, didaerah Bagansiapiapi pelaksanaan tradisi Cheng Beng masuk dalam iven wisata religi tahunan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Dampak dari giat tersebut menciptakan perputaran ekonomi bagi masyarakat setempat. 

Kata Pak Kopeng, Sisi ekonominya bisa terbantu para pedagang kaki lima seperti para penjual kuliner /makanan, pedagang ikan asin, kacang pukul dan lain sebagainya.

Tambah dia lagi, untuk diketahui bahwa masyarakat tionghoa pelaku kegiatan Cheng Beng ini pertama mendatangi pusara yang berada di Pusaha Hilir, kemudian baru ke Pusara Pelabuhan Baru. 

"Tahun ini yang datang sembahyang diperkirakan lebih kurang 10000 sampai 15000 orang. Mereka anak Rohil yang merantau ke Pulau Jawa dan daerah lain. Ada juga dari pekanbaru, jakarta, surabaya, medan dan bahkan dari luar negri pun pulang kebagan hanya untuk Cheng Beng. "kata Kopeng. 

Dalam satu hari sebelumnya mereka sudah datang,  sudah sampai baru kemudian sembahyang setelah mereka sembahyang biasanya mereka jumpa saudara-saudara sanak dan keluarga. 12 hari kemudian baru kembali pulang ketempat masing -masing. 

Dalam hal ini, sebagai perwakilan masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Rohil dan pihak keamanan yang ikut andil memperhatikan kegiatan ini baik itu dari Polri, TNI, perangkat Desa dan masyarakat setempat hingga kegiatan Cheng Beng berjalan aman."pungkasnya. (adv/zmi)


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar