Sosbud

PUBG Vs Kajian Fatwa Haram MUI, Seberapa Besar Pengaruh Game ke Otak?

Jakarta - Kontroversi game PUBG (PlayerUnknown's Battlegrounds) dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) bikin para gamer 'teriak'. Akan tetapi, ada juga yang merasa pelarangan atau pembatasan PUBG adalah hal yang sah-sah saja dilakukan khawatir dengan konten kekerasan dalam game tersebut akan mempengaruhi.

Sebenarnya, seberapa besar sih pengaruh game pada otak dan psikologi penggunanya?

"Memang game apapun kalau ada konten yang mengandung kekerasan, pornografi, penyimpangan seksual, itu pasti akan pengaruhnya," kata Fajriati Maesaroh, psikolog yang ikut dalam Focus Group Discussion (FGD) MUI soal game berbau konten kekerasan, radikalisme, dan terorisme, kepada detikcom, Selasa (26/3/2019).

Pada dasarnya, manusia cenderung meniru, terlebih ketika dia mendapatkan kesenangan, reward, dan apresiasi, maka pengulangan atau peniruan bisa saja terjadi. Terlebih anak-anak yang belum bisa membedakan apa situasi dalam game ini bisa diterapkan dalam kehidupan atau tidak.

"Karena kalau orang dewasa kita udah bisa mikir 'oh ini nggak bener,' kalau ada dalam situasi yang unreal oh ini tidak bisa diterapkan. Orang dewasa ada yang bisa memilah begitu walaupun kemudian ada juga yang nggak ya," ujar psikolog yang akrab disapa Fajri ini.

"Tapi, kalau anak-anak paling bahaya karena belum terbentuk prefrontal korteks, direktornya otak yang menentukan benar-salah, nah ketika belum terbentuk ini kan matanganya di usia 25 tahun, bayangin deh berartikan dia mengalami kesulitan untuk membedakan," katanya.

Sama halnya remaja, remaja juga punya kecenderungan untuk mencoba hal baru yang sifatnya berisiko karena prefrontal korteks yang belum matang juga. Karena itu, orang tua harus banget nih bisa mengawasi anaknya untuk memilah game mana yang cocok sesuai kategori umurnya. Ingat, demi kesehatan kesehatan otak dan psikologis.


Sumber : detik.com


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar