Kolom Inspirasi

Merekrut Karyawan Dengan Cara KKN

wawasanriau.com - Hampir semua perusahaan mengalami masalah sumber daya manusia (SDM). Ketika membutuhkan orang untuk diberi tugas tertentu, atau pekerjaan tertentu, susah menemukan orang yang pas. Sehingga perusahaan menggunakan berbagai cara untuk merekrut orang berpotensi (sekarang sering dikenal dengan 'talent').

Untuk mendapatkan SDM berkualitas, caranya antara lain memakai jasa pihak ketiga yakni perusahaan penyedia jasa karyawan dari level yang rendahan sampai level direksi. Untuk level atas biasanya pakai jasa pemburu bos (head hunter).

Dalam kompetisi perusahaan yang kian besar, di mana antarkompetitor saling mengambil karyawan, adalah hal tak bisa dielakkan. Sebab, di perusahaan apapun, apalagi yang berkait dengan jasa dan kreativitas, karyawan bertalenta adalah aset sehingga sering disebut sebagai human capital (HC).

Pekan lalu saya ketemu teman lama yang bekerja di perusahaan multinasional. Bicara bermacam hal, sampai pada proses rekrutmen karyawan. Setelah saya simpulkan, ternyata salah satu pola rekruitmennya adalah model KKN, namun hanya KN-nya saja alias kolusi dan nepotisme. Tentu saja ini KKN dalam arti positif, bukan yang berkonotasi koruptif. Sebab KKN yang negatif itu pernah marak selama Orde Baru, kini dihindari banyak pihak.

Teman tadi lalu nyerocos, bahwa KKN di kantornya bisa jadi bagian dari bisnis (pendapatan tambahan) para staf. Bagaimana maksudnya? Setiap saat perusahaannya membutuhkan karyawan, dari posisi bawah sampai profesional level manajer bahkan sampai vice president (VP). Data kebutuhan karyawan di berbagai bidang ini disebar ke staf internal.

Mereka semua (para staf perusahaan) berhak untuk memberikan rekomendasi calon karyawan. Karena rekomendasi, maka tentu saja ada unsur kolusi dan nepotisme (pertemanan). Kolusi bukan untuk kejahatan korupsi tapi untuk membantu menyelesaikan permasalahan kebutuhan tenaga kerja di perusahaan.

Staf yang memberikan rekomendasi ini tidak cuma mengirim CV (curriculum vitae) temannya atau kenalannya, tetapi dia harus memberikan testimoni tentang CV yang diberikan kepada perusahaan tempat dia kerja. Misalnya, dia harus dengan jujur menyampaikan kelebihan dan kekurangan calon karyawan tersebut, sekaligus keahlian khusus atau ketergantungan dan kebutuhan khusus lainnya.

Dengan demikian, pemberi CV juga bertanggungjawab atas informasi yang disampaikan. Kemudian, CV yang direkomendasikan ini tidak otomatis diterima, tapi melalui proses seleksi yang fair oleh tim yang dipimpin bagian Human Resource Departemen/Human Capital (HRD/HC). Bila calon karyawan tersebut lolos sampai masa percobaan (probation), maka staf yang memberikan rekomendasi itu mendapatkan insentif atas usahanya memberikan rekomendasi tersebut.

Ada beberapa kelebihan dari cara yang dilakukan ini. Staf merasa bangga bisa membantu perusahaan dalam menyelesaikan persoalan perusahaan dalam masalah SDM. Bagian HRD/HC juga mendapat informasi yang lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan, bahkan mungkin dibanding agen pemburu bos (head hunter), karena untuk memberikan testimoni akan kelihatan mana yang ngarang dan yang sungguh-sungguh.

Bila testimoninya sungguh-sungguh dengan tingkat validasi yang kuat, sangat membantu perusahaan menempatkan calon karyawan tersebut di posisi yang tepat.

Staf yang tidak bangga dengan perusahaannya akan malas untuk merekomendasikan sobatnya bekerja di tempat yang sama. Staf yang bangga dengan kultur perusahaan akan berlomba untuk mencari talent (SDM berkualitas) buat tempatnya bekerja. Bahkan para staf yang bertanggungjawab bisa menjadi talent scouter (pemandu/pencari bakat) berkualitas.

Dalam konteks semangat bersama (common), para staf secara tidak langsung telah menjadi tenaga pencari talent yang handal. Team HRD/HC juga membangkitkan semangat bersama kepada karyawan untuk membangun perusahaan melalui pencarian talent hebat.

Memang model ini untuk di luar negeri dan beberapa perusahaan nasional sudah banyak yang menjalankannya. Tapi tidak ada salahnya hal ini ditulis kembali. Model rekomendasi atau dulu sering diplesetkan dengan model KKN, bila dijalankan dengan fair dan tegas, bisa menghasilkan kinerja yang optimal.

Dalam hal talent berkualitas ini, seorang teman yang meyakini bahwa entitas hebat selalu dihasilkan dari kumpulan SDM yang berkualitas, tak henti-hentinya bilang: great ideas need great people.

*) Penulis adalah CNO KapanLagi Network (KLN), Penggerak KlikIndonesia, serta Co-Founder Binokular Media Utama


[Ikuti Wawasanriau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar